For professional profile please visit my LinkedIn

Buku Rujukan Langka untuk Spesies Langka

Rabu (24/7) kemarin, WWF Indonesia bersama dengan para praktisi konservasi badak di Indonesia meluncurkan buku “Teknik Konservasi Badak Indonesia” di Joglo @ Kemang (Balai Sarwono), Jakarta Selatan. Kebetulan, saya mendapatkan email berisi undangan terkait acara peluncuran buku tersebut.  Sayangnya, saya tidak dapat ikut serta dalam acara yang sekaligus mengagendakan buka puasa bersama tersebut, karena ada agenda di kampus (berita launching buku bisa dilihat di sini). Saya rasa undangan tersebut disebarluaskan ke banyak media dan blogger serta penggiat social media lainnya; sama halnya email berisi undangan dalam acara-acara yang dimotori oleh WWF Indonesia sebelumnya. Karena saya tertarik, saya putuskan untuk segera membeli dan membaca buku yang dimaksud. Berikut ini resensi yang saya tuliskan.

  
© WWF-Indonesia
Buku Rujukan Langka untuk Spesies Langka

Judul Buku : Teknik Konservasi Badak Indonesia
Penulis.      : Prof. Dr. Ir. H. Hadi S. Alikodra, dkk.
Penerbit     : Literati
Tebal          : 270 halaman
Dua dari lima spesies badak yang masih ada di dunia, terdapat di Indonesia, yakni badak jawa (Rhinoceros sondaicus) dan badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), dan tergolong satwa langka. Sayangnya, buku dan tulisan ilmiah rujukan tentang badak Indonesia juga terbatas. Hal ini mendorong pemerhati dan penggiat konservasi badak untuk mendukung terbitnya buku tentang badak Indonesia. Tim yang terdiri atas Hadi S. Alikodra, Juss Rustandi, dan Sectionov berusaha keras mempersiapkan draft buku tentang konservasi badak sejak tahun 2001, dan mendapat tanggapan positif dari International Rhino Foundation (IRF) tahun 2008, tetapi belum sampai ditindaklanjuti. Baru menjelang akhir tahun 2012, WWF Indonesia mendorong penyempurnaan draft buku dan penerbitan buku berjudul ‘Teknik Konservasi Badak Indonesia’ ini. 
Buku ini memberikan gambaran mengenai bagaimana kondisi spesies badak di Indonesia tersebut, yang keberadaannya mendapatkan ancaman akibat perburuan liar, deforestasi, konversi hutan menjadi lahan sawit secara besar-besaran, menurunnya daya dukung habitat badak, serta berbagai ancaman lain, baik yang datang dari alam maupun dari manusia.
Buku ini sangat detil mengulas hubungan antara kelestarian badak dengan keseimbangan ekosistem hutan, bahkan menyangkut kelangsungan hidup manusia. Upaya pelestarian dilakukan secara koordinatif, dimulai dari pihak-pihak yang memang peduli dengan keberadaan badak, sehingga secara simultan masyarakat mulai menyadari betapa pentingnya keseimbangan ekosistem, salah satunya keberlangsungan hidup badak. Kesalahan masa lalu, pada abad ke-18, yang terekam dalam sejarah – bahwa badak jawa dianggap sebagai hama pertanian, dan kebijakan pemerintah Kolonial Belanda berupa sepuluh golden untuk setiap badak yang berhasil dibunuh– sehingga terjadi penurunan populasi secara drastis. Selain itu, ancaman perburuan badak untuk diambil culanya –yang diyakini berkhasiat sebagai aphrodisiak– buku ini secara tegas membantah mitos tersebut. Buku yang digarap oleh 21 penulis 11 editor ini memberikan penyadartahuan kepada pembaca, bahwa kandungan cula badak tidak berbeda dengan zat tanduk yang ada pada tanduk, cakar, atau kuku hewan selain badak.
Pengumpulan informasi terkait populasi badak yang awalnya sulit diperkirakan menjadi semakin jelas semenjak dilakukan pemantauan menggunakan peralatan camera maupun video trap dan penghitungan populasi dengan rumus mark-recapture. Populasi badak jawa saat ini diperkirakan berkisar antara 40-50 ekor, dengan daerah persebaran yang diulas secara detil dalam buku ini, didasarkan atas berbagai riset yang telah dilakukan. Berbeda dengan badak sumatera, yang masih lebih banyak dibandingkan badak jawa, dengan populasi diperkirakan sejumlah 300 ekor di dunia, dimana 200 ekor ditaksir berada di Sumatera, tersebar di Taman Nasional (TN) Gunung Leuser, TN Bukit Barisan Selatan, dan TN Way Kambas.
Pelestarian kedua spesies badak Indonesia ini melibatkan berbagai pihak: pemerintah, institusi pendidikan, LSM, maupun pihak swasta; melibatkan berbagai bidang keahlian: konservasi, kedokteran hewan, biologi dan ekologi, sosioekologi, dan lainnya. Lalu, muncul pertanyaan, mengapa upaya pelestarian badak selama ini masih dirasa sulit dilaksanakan? Buku ini mengupas lebih dalam permasalahan konservasi badak: persaingan dengan spesies lain dalam ekosistem, daya dukung habitat yang semakin tergeser oleh praktik deforestasi, dan permasalahan reproduksi badak yang sangat fundamental juga banyak dipaparkan oleh beberapa penulis dengan latar belakang dokter hewan. Tidak kalah menarik, pengembangan potensi ekowisata daerah penyangga habitat badak juga diulas dalam buku ini, dapat menjadi panduan dalam pengembangan wisata berbasis lingkungan atau ecotourism
Buku yang memiliki desain sampul sederhana dengan foto sampul badak sumatera, ditulis dengan bahasa yang mudah dimengerti. Beberapa foto dokumentasi badak dan infografis melengkapi isi buku ini, sayangnya buku tersebut dicetak monokrom, fotonya hitam putih sedangkan infografisnya dominan berwarna hijau. Buku yang awalnya saya kira berisi semacam panduan dan protokol dalam upaya pelestarian badak, ternyata juga menyajikan cerita nyata atas upaya pelestarian badak di beberapa lembaga konservasi di Indonesia. Satu nilai positif, dimana potret perjuangan pihak-pihak penggerak konservasi badak dimunculkan, sehingga memacu kesadaran masyarakat untuk memberikan perhatian pada upaya konservasi satwa tersebut. Tentu saja, buku ‘Teknik Konservasi Badak Indonesia’ ini dapat menjadi bahan bacaan yang sangat bagus untuk berbagai kalangan, terutama bagi masyarakat ilmiah dari bidang keilmuan konservasi, biologi, dan kedokteran hewan. Pelestarian badak di Indonesia, bukan saja menjadi tanggung jawab pemerintah, atau organisasi pemerhati badak, melainkan tanggung jawab masyarakat, tanggung jawab kita. (DDC). 
Veterinary anatomist | School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, IPB University | Ph.D. student, Joint Graduate School of Veterinary Sciences, Tottori University, Japan

8 comments

  1. Huaaa,, ternyata emang sedikit ya referensi ttg badak Indonesia?
    Nice info masdab!
    Kayaknya perlu dibeli ini sebelum terbang, hehehehe
    1. Ya katanya sih masih sedikit, katanya lho ya...
      wuiih, mau ke jepang lagi? oleh2 yak!
  2. mau baca bukunya masdab
    1. boleh kok :D
  3. gue jg di undng tp gak dateng bro hehe
    mantaps nh langsung bli, jd inget ujung kulon kalo dger badak yeh bro...
    1. iya nih.. kapan lg ya... mau banget nih capek2an ksana juga..
  4. wah sepertinya keren.. baca ini dulu ya sebelum tracking ke dalam taman nasional ujung kulon.. thank you for sharing
    1. Hi tria,
      Ya recommended buat dibaca...di dalamnya ada juga penjelasan t4 yg seru buat ngr-trip.
      Seru deh kalo ke ujungkulon!
Komentar atau tidak komentar tetap thank you.